Selasa, 28 Juni 2016

Pengumpat..



Pengumpat..

Layaknya seorang kanibal  mencabik - cabik daging manusia...
Terus dan terus mencaci, mencela hingga tak ada yg tersisa...
Semua yang terlihat hanyalah aib, aib dan aib...
Lisan kotor ini terus mengumpat tak sadar dialah yang biadab...

Sungguh menjijikan harus memakan bangkai setiap hari...
Tapi mulut pengumpat ini tak bosan melakukannya...
Hatta dalam majelis cahaya- cahaya kebaikan insani..
Lisan pengumpat ini tak jua jemu mencela mencela dan mencela..

Entah apa yang terlintas dalam hati ketika lisan ini mulai menyayat daging saudaranya...
Tak ada rasa jijik atau perasaan bersalah padanya, yang ada hanya tawa mengerikan ...
Entah fitrah sudah mati atau telah tertutup oleh kelamnya jiwa karena kealpaan...
Ataukah jiwa ini sudah terbiasa dengan dosa hingga nur-Nya enggan untuk menyapa..

Lupakah, bahwa setiap ucapan kita pasti akan tercatat oleh penjaga-Nya..
Lupakah, bahwa kita akan bungkam ketika tangan dan kaki ini yg mulai berbicara..
Lupakah kita bahwa waktu itu telah dekat, waktu itu benar-benar akan tiba..
Lalu ... mengapa kita masih mengumpat, mengapa kita masih menikmati bangkai” manusia ... ?