Minggu, 07 Agustus 2016

Resahnya hidup



Resahnya hidup

Ketika pemikiran yang sama bertemu dlm riuh...
Diantara ke hebohan mereka, pasti ada yang tersisih...
Kamu tahu, hati itu bergitu sensitifnya ..
Hingga angin berlalu pun dapat menyakitinya...

Ocehan - ocehan terdengar begitu bising...
Keluhan demi keluhan mulai merusak alam bawa sadar..
Perlahan namun benar- benar terngiang - ngiang..
Adakah ini akan berujung dan seketika jua pudar...

Namun tidak, begitu banyak pemikiran yang sama...
Sama dalam mengeluh, sama dalam berpikir tentang keresahan..
Setiap tempat pemikiran itu akan menemukan kawannya..
Ia akan bertemu dengan  keluhan keresahan manusia lain..

Manusia masakini tak bahagia..
Manusia abad ini benar - benar sengsara...
Ia tergesa- gesa merasa waktu akan usai..
Khawatir karena tak ada kepastian yg mengintai...

Hari - hari dilalui dengan jutaan energi negatif...
Hampir tak ada lagi progres nurani..
Materi melimpah namun tetap saja pikiran negatif...
Tetap saja keluh - kesah tentang duniawi..

#Arti_Wri


CINTA...?



CINTA...?

Kata cinta hampir -hampir telah berubah menjadi syahadat ..
Menerpa hati yang kian sesat..
Melambung batas dengan ganas...
Membuat jiwa kian tekikis ...
Memaksa nurani mengingkari Ilahi..
Mengingkari akan pemilik cinta yang hakiki..

Waktu berlalu tak memberi ibroh..
Kisah berlalu hanya memberi luka yang  parah..
Sedang murka-Nya  kian nyata menanamkan duka pada setiap jiwa yang menodai cinta...
Cinta pada manusia, cinta pada semesta, cinta pada apapun itu hanyalah fatamorgana tanpa nama-Nya..
Cinta hanyalah keabsuran tanpa ridhon-Nya..
Hanyalah epitaf pada jiwa tanpa cinta-Nya.. 


#Artin_wri

Dzikir yang hilang



Dzikir yang hilang

Adalah mata tak semekar mawar..
Hingga pandang kian samar..
Kucuba ia tuk terlelap...
Namun jiwa kian meratap..

Dosa bersuka mengusik mimpi..
Diripun kian lapuk oleh kelamnya hati...

Cerita hari setia menyayat..
Menjadikan hati kian sekarat..

Zikir yang dulu penghias bibir..
Kini sunyi menjadi raja..
Adalah hati kian merana ..
Jika ampunan-Mu tak lagi menjadi penawar..

#Arti_Wri

Selasa, 28 Juni 2016

Pengumpat..



Pengumpat..

Layaknya seorang kanibal  mencabik - cabik daging manusia...
Terus dan terus mencaci, mencela hingga tak ada yg tersisa...
Semua yang terlihat hanyalah aib, aib dan aib...
Lisan kotor ini terus mengumpat tak sadar dialah yang biadab...

Sungguh menjijikan harus memakan bangkai setiap hari...
Tapi mulut pengumpat ini tak bosan melakukannya...
Hatta dalam majelis cahaya- cahaya kebaikan insani..
Lisan pengumpat ini tak jua jemu mencela mencela dan mencela..

Entah apa yang terlintas dalam hati ketika lisan ini mulai menyayat daging saudaranya...
Tak ada rasa jijik atau perasaan bersalah padanya, yang ada hanya tawa mengerikan ...
Entah fitrah sudah mati atau telah tertutup oleh kelamnya jiwa karena kealpaan...
Ataukah jiwa ini sudah terbiasa dengan dosa hingga nur-Nya enggan untuk menyapa..

Lupakah, bahwa setiap ucapan kita pasti akan tercatat oleh penjaga-Nya..
Lupakah, bahwa kita akan bungkam ketika tangan dan kaki ini yg mulai berbicara..
Lupakah kita bahwa waktu itu telah dekat, waktu itu benar-benar akan tiba..
Lalu ... mengapa kita masih mengumpat, mengapa kita masih menikmati bangkai” manusia ... ?